Asean-Jepang, Transformasi Hijau

Selasa, 07 Maret 2023

Even ASEAN-Japan Co-Creation & Co-Innovation

Kerja sama bisnis antara Jepang dan negara-negara yang tergabung dalam Asean (Association of South East Asia Nations) telah berlangsung selama 50 tahun. Dalam kurun waktu setengah abad tersebut, ekspansi bisnis negara-negara di kawasan tersebut telah berkembang sangat pesat.

Sesuai dengan tren perkembangan industri dunia yang menuju ke arah hijau dan terbarukan, tren industri negara-negara di Kawasan ini pun berkembang ke arah yang sama. Terbaru, Kamar Dagang Indonesia (KADIN) bersama dengan The Japan External Trade Organization (Jetro) dan Sekretariat ASean memperingati 50 tahun kerjasama Asean-Jepang dengan mengadakan sebuah gelaran "ASEAN-Japan Co-Creation & Co-Innovation". Salah satu topik dalam talkshow tersebut adalah green transformation.

Hadir sebagai pembicara dalam gelar wicara Tommy Tjiptadjaja (Co-founder & CEO Greenhope.co), Hiroshi Ishikawa (Penasihat Khusus Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang), Tomoichi Yamaguchi (Founder Santomo Resource Group), Moehammad Ichsan (CEO Octopus Indonesia) dan Antonius Ardian Bermana (Chief of Strategy, PT Semen Indonesia Tbk / SIG). Tujuan utama diskusi tersebut adalah untuk memberikan pemahaman mengenai kondisi terkini dari transformasi hijau dari perspektif industri dan kebijakan pemerintah serta untuk mengidentifikasi kesempatan dan tantang guna mencapai masa depan yang lebih baik.

Untuk menjamin keberlanjutan kerja sama ekonomi hijau Jepang-Asean, pada kesempatan itu, Tommy Tjiptadjaja mengatakan bahwa yang jadi kunci adalah Trifecta of values. “Yang pertama adalah penyusunan roadmap mengenai harga karena bila harga terlalu tinggi maka permintaan terhadap barang menjadi kecil,” ujarnya. Kedua, tambahnya, fakor fungsionalitas teknologi ketika dikembangkan sebagai aplikasi pada industri hilir. “Karena kami adalah produsen bio resin di upstream, kami sangat memahami tentang material, bahan baku dan kerja sama dengan mitra petani singkong kami, tetapi kami tidak cukup memahami tentang kebutuhan aplikasi teknologi kami di pasar Jepang,” kata Tommy.  

Lebih lanjut, diapun mengatakan bahwa inovasi teknologi yang dilakukan oleh Greenhope harus bisa memberikan dampak positif bagi lingkungan. “Berbicara mengenai keberlangsungan lingkungan, tiap daerah atau negara bisa berbeda-beda. Misalnya Jepang, mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka butuh konten nabati yang tinggi untuk bisa mengurangi emisi karbon,” ujarnya mencontohkan. Karenanya, imbuh Tommy, Jepang tidak memandatkan penggunaan plastik dari bahan non terbarukan kendati mudah terurai maupun dapat dikomposkan.

Dengan makin maraknya upaya pengurangan emisi karbon, mulai ada kecenderungan banyak negara mengembangkan teknologi plastik yang berbahan baku nabati. “Jadi, kesimpulannya, yang kami butuhkan dalam kerja sama dengan pihak Jepang adalah untuk mengembangkan pasar, riset dan pengembangan bersama,” tegas Tommy. Pengembangan riset dan produk bersama ini, menurutnya akan membawa dampak positif karena terbentangnya pasar di seluruh dunia.

Even ASEAN-Japan Co-Creation & Co-Innovation dibuka dengan sambutan dari Duta Besar Jepang untuk Asean HE. Kiya Masahiko. Dalam sambutannya, Duta Besar Kiya menyatakan bahwa tahun ini akan memberikan kesempatan besar bagi ASEAN dan Jepang, karena tahun ini bertepatan dengan 50 Tahun Persahabatan dan Kerjasama ASEAN-Jepang. Dia berharap dengan adanya acara ini, penerapan ekonomi hijau di Indonesia dapat terlaksana dan masyarakat dapat merasakan dampak ekonomi hijau.