Apa Bahan Rahasia Untuk Mengatasi Masalah Sampah Plastik Kita?

Selasa, 22 November 2022

Foto: Greenhope memenangkan hadiah pertama pada acara pitching Demo Day sebagai bagian dari Road to G20: Mengatasi Polusi Plastik dari Sumber ke Laut.

Perusahaan rintisan yang dibimbing melalui Plastics Innovation Hub Indonesia dari CSIRO membuat solusi yang tidak biasa untuk mengatasi masalah sampah plastik, yaitu singkong. 

Solusi yang memenangkan penghargaan ini berasal dari tim Greenhope, sebuah perusahaan rintisan Indonesia yang mengembangkan teknologi baru yang mengubah singkong menjadi bioplastik yang dapat terurai secara alami. 

Berkumpul di Demo Day sebagai bagian dari Road to G20 di Bali, Greenhope merupakan salah satu dari delapan tim yang terlibat dalam program Accelerator, yang memberdayakan para inovator lingkungan untuk mengubah masalah plastik menjadi solusi nyata.  

Pekerjaan dalam mendukung wirausahawan lingkungan di seluruh Indo-Pasifik ini merupakan bagian dari Misi Mengakhiri Sampah Plastik CSIRO, yang berupaya mengurangi 80 persen sampah plastik yang masuk ke lingkungan pada tahun 2030. 

Menjelang Demo Day, para inovator diminta untuk menjawab tiga tantangan utama: 

  1. Menemukan alternatif berkelanjutan yang mengungguli plastik yang sudah ada
  2. Memperbaiki plastik dan mendapatkan nilai lebih dari penggunaan pertama
  3. Memberdayakan pengambilan keputusan melalui informasi yang dapat diandalkan dan dapat diakses

Mari kita lihat tiga pemenang utama... 

Mari kita lihat tiga pemenang utama... 

MENGGUNAKAN SINGKONG SEBAGAI KATALISATOR PERUBAHAN 
Sejak usaha mereka dimulai, Greenhope telah meningkatkan mata pencaharian lebih dari 179 petani singkong dan telah berhasil menggantikan 12 miliar lembar plastik konvensional melalui plastik berbasis singkong yang mudah terurai. 

Peter Tandio, perwakilan Greenhope mengatakan bahwa perusahaan ini sekarang fokus pada peningkatan skala melalui kemitraan. 

“Kami membayangkan masa depan yang penuh dengan kolaborasi karena tidak ada solusi tunggal untuk masalah sistemik seperti polusi plastik. Greenhope sekarang siap dan bersedia mengajak mitra untuk bergabung dengan kami dalam menerapkan empat R - Reduce, Reuse, Recycle, Return to Earth dengan menggunakan lebih banyak plastik kompos berbahan dasar tanaman.” 

MENGUBAH SAMPAH MENJADI UANG

Di posisi kedua adalah Geo Trash Management (GTM), yang telah menciptakan pasar baru untuk plastik dan karet, yang sebelumnya dianggap tidak dapat didaur ulang dengan metode konvensional.  

Dengan merevolusi fasilitas pengumpulan dan kemampuan pengolahan sampah serta menciptakan sistem cash back yang lebih komprehensif untuk sampah, GTM telah membantu para pemulung di Indonesia untuk meningkatkan pendapatan mereka. 

Andrew Sinclair, Direktur perusahaan mengatakan bahwa program Akselerator CSIRO telah berperan penting dalam membantu GTM menyempurnakan bisnisnya. 

“Kami semua sangat berterima kasih atas dukungan dan pengajaran dari para mentor CSIRO yang telah memberi kami koneksi baru yang fantastis dengan para inovator yang berpikiran sama, koneksi kemitraan dan potensi untuk mengumpulkan sumber daya yang kami perlukan untuk menjalankan misi kami.” 

TEKNOLOGI YANG MENGUBAH KEHIDUPAN PARA PEMULUNG

Di tempat ketiga ada Duitin, sebuah aplikasi daur ulang mobile yang mengubah cara pemilahan sampah sekaligus menciptakan kondisi yang lebih baik bagi para pemulung di Indonesia. 

Jennifer Foster, perwakilan dari Duitin mengatakan bahwa ia berharap aplikasi ini dapat membawa perubahan budaya di Indonesia, di mana daur ulang dapat menjadi sebuah kebiasaan. Ia juga berharap aplikasi ini dapat menciptakan apresiasi yang lebih besar terhadap pekerjaan para pemulung yang tak ternilai harganya. 

“Visi Duitin adalah untuk mendorong generasi masa depan untuk mulai mendaur ulang sampah mereka dan memastikan 3,7 juta pemulung di Indonesia tidak lagi terpinggirkan, tetapi dihargai dan diberi kesempatan yang lebih baik.” 

Semua tim yang mempresentasikan ide mereka di Demo Day sekarang memiliki kesempatan untuk mengakses pendanaan hingga $300.000 untuk mengembangkan solusi berkelanjutan mereka. 

Plastics Innovation Hub Indonesia merupakan hasil kerja sama antara:  

  • Badan ilmu pengetahuan nasional Australia, CSIRO
  • Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT)
  • Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kedaireka) Indonesia
  • Kemitraan Aksi Plastik Nasional Indonesia (NPAP)