Pemanasan global telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan, mulai dari kesehatan hingga keberlanjutan lingkungan. Diskusi panel yang dipimpin oleh Staf Khusus Presiden, Diaz Hendropriyono, menghadirkan berbagai perspektif untuk mendorong langkah konkret dalam mitigasi perubahan iklim. Para panelis menekankan perlunya pendekatan holistik untuk mengatasi isu ini, dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Salah satu panelis yang berkontribusi pada diskusi ini adalah Tommy Tjiptadjaja, CEO Greenhope.
Acara yang diselenggarakan pada 3 Oktober 2024, di XXI Lounge Plaza Senayan, Jakarta, mengumpulkan para pemimpin dan pakar dari berbagai sektor untuk membahas tema "Kebersihan Industri dalam Mendorong Pencapaian Target Presiden Terkait Pengurangan Emisi Nasional." Panelis yang hadir antara lain: Tommy Tjiptadjaja, CEO Greenhope, Bob S. Effendi dari PT Thorcon Power Indonesia, Helga Angelina Tjahjadi dari Green Rebels Food, Kevin Pudjiadi dari Casion, dan Juan Apriliano dari Plana, dengan moderator Cazadira Fediva Tamzil dari Pijar Foundation.
Diskusi panel diawali dengan pemaparan mengenai tantangan yang dihadapi Indonesia dalam memenuhi komitmen internasional terhadap pengurangan emisi, sesuai dengan Perjanjian Paris. Dalam konteks pencapaian target pengurangan emisi nasional, Indonesia menghadapi tantangan signifikan yang memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, dan masyarakat.
Diaz Hendropriyono juga mengumumkan peluncuran film dokumenter berjudul Dangerous Humans: Towards Zero eMissions? di acara tersebut. Film ini merupakan dokumentasi dari hasil kerja Diaz selama menjabat sebagai Staf Khusus Presiden RI dan akan dibuka aksesnya ke publik di kanal YouTube. Dalam film tersebut, Diaz menyampaikan bahwa krisis iklim dapat menyebabkan punahnya kehidupan manusia di Bumi, kecuali gaya hidup kita berubah menjadi lebih ramah lingkungan.
“Pada akhir buku itu saya tanya dengan penjelasan mengenai climate change, global warming, kita ini sebenarnya sedang ada di persimpangan jalan, teman-teman mau ke arah mana? Mau ke arah Indonesia net zero emissions atau kita menuju ke arah tanpa atau zero ecological missions?” tegas Diaz dalam sambutannya.
Film ini berdurasi sekitar satu jam dan menampilkan ratusan EcoPreneurs dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut Diaz, inovasi produk ramah lingkungan mereka perlu didorong dan dibantu oleh masyarakat luas agar dapat membantu upaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Film dokumenter ini akan ditayangkan secara serentak pada 4 Oktober 2024 dan dapat diakses melalui laman YouTube.
Tantangan pengelolaan limbah plastik menjadi topik hangat dalam diskusi panel. Panelis sepakat bahwa peningkatan kesadaran masyarakat dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan sangat penting untuk menemukan solusi inovatif dalam menangani masalah ini. Bapak Tommy Tjiptadjaja mengomentari bahwa buku Dangerous Humans sangat kritis dan faktual. Buku ini telah dikategorisasi, sehingga jika pembaca merasa overwhelmed dengan 600 halamannya, mereka dapat memilih topik yang paling menarik untuk dibahas.
Bapak Tommy melanjutkan dengan menyoroti bahwa mikroplastik adalah isu yang mendesak, mengutip beberapa artikel yang menyatakan bahwa di Indonesia satu orang dapat mengonsumsi hingga 15 gram mikroplastik. Untuk pencegahannya, dia mengusulkan langkah-langkah yang dimulai dari reduce (mengurangi pemakaian plastik), reuse (memakai plastik yang telah ada), recycle (jika plastik tersebut memiliki nilai untuk dijadikan barang baru), dan terakhir Return to Earth, mengembalikan bahan plastik ini kembali ke alam. Biasanya, plastik biasa terurai hingga 500 tahun, tetapi dengan teknologi aditif dari Greenhope, waktu tersebut dapat dipersingkat menjadi 2-5 tahun.
Diskusi panel ini menegaskan bahwa upaya mitigasi perubahan iklim di Indonesia memerlukan sinergi antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Dengan strategi yang tepat dan komitmen bersama, Indonesia dapat memperkuat langkah-langkah menuju keberlanjutan dan memenuhi target pengurangan emisi nasional demi masa depan yang lebih baik.
Turut hadir di dalam acara ini Deddy Corbuzier, yang berperan dalam produksi film. Deddy mengungkapkan keinginan ikut andil karena merasa terpanggil untuk menyuarakan bahaya pemanasan global dan perubahan iklim. “Yang jadi masalah adalah di zaman sekarang buku setebal itu dengan isi yang luar biasa seperti itu, saya tidak yakin anak-anak zaman sekarang punya perhatian lama itu untuk membaca buku. Jadi idenya adalah bagaimana kalau bukunya kita filmkan karena kalau nanti kita filmkan perhatian lebih bisa lama,” ungkap Deddy.
Dengan peluncuran film dokumenter Dangerous Humans, diharapkan dapat lebih meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya tindakan nyata dalam menghadapi krisis iklim. Untuk menonton film dokumenter tersebut, bisa klik tautan ini.