Mengenal Oxo-Biodegradable: Plastik Oxium Ramah Lingkungan

Selasa, 04 Oktober 2022

Indonesia kini sedang menghadapi kondisi darurat sampah plastik. Sebagai gambaran, pada tahun 2020 di perkotaan Pulau Jawa saja, penelitian Sustainable Waste Indonesia (SWI) dan Indonesian Plastic Recyclers (IPR) menemukan bahwa produksi limbah kemasan plastik sekitar 189.000 ton per bulan atau 6.300 ton per hari. Dari jumlah  tersebut hanya sekitar 11,83% atau sekitar 22.000 ton per bulan yang didaur ulang.

Dengan kenyataan itu, banyak kemasan plastik yang tercecer dan tidak terkelola dengan baik. Pada akhirnya, mencemari daratan dan lautan. Oleh karena itu, para ahli mulai mengembangkan berbagai alternatif plastik yang lebih cepat terurai sehingga dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Salah satunya adalah Oxium ramah lingkungan.

APA ITU OXIUM?
Oxium atau plastik oxo-biodegradable adalah jenis plastik yang terurai lebih cepat dengan sinar matahari, panas serta oksigen. Lebih daripada itu, plastik jenis ini tidak berbahaya dalam beberapa bulan hingga beberapa tahun karena tidak mengandung toksin. 

OXIUM OXO-BIODEGRADABLE BUKAN MIKROPLASTIK
Banyak orang yang kurang memahami perbedaan antara oxo-biodegradable dengan oxo-degradable. Padahal keduanya sama sekali berbeda. Oxo-degradable merupakan plastik konvensional (Polyethylene/PE,  Polypropylene/PP, polystyrene/PS, dan polyethylene terephthalate/PET)  yang telah bercampur dengan bahan aditif untuk meniru biodegradasi. Plastik jenis ini memang dapat terfragmentasi menjadi mikroplastik. Namun, oxo-degradable tidak dapat terurai pada tingkat molekuler atau dengan kata lain, rantai polimer plastik masih panjang. Hasilnya, mikroplastik yang sulit terurai akan tetap mencemari lingkungan tanpa batas waktu. 

Sebaliknya, plastik oxo-biodegradable termasuk plastik yang mudah terurai alami dalam waktu singkat. Menurut CEN/TR 15351 oxo-biodegradation ditentukan sebagai “proses degradasi yang dihasilkan oleh oksidatif dan fenomena peristiwa dari aktivitas media sel, baik secara serentak maupun secara berturut-turut.” 

CARA KERJA OXIUM OXO-BIODEGRADABLE

Biodegradasi memiliki dua fase, yaitu:

1.   Fase Abiotik

Tujuan dari fase pertama ini adalah untuk mengurangi beban molekul polimer sehingga memungkinkan mikroorganisme untuk memprosesnya. Mikroorganisme tidak memainkan peran utama dalam fase ini.

Fase abiotik berawal dengan oksigen (OXO mengacu pada oksigen) sedangkan Oxo-biodegradasi dan dapat terjadi lebih cepat dengan sinar UV atau panas.

2.   Fase Biotik

Selanjutnya, fase kedua adalah fase biotik. Bakteri dan mikroorganisme lainnya mulai memakan residu. Lebih daripada itu, proses ini akan menghasilkan air secara bersamaan. Selanjutnya, mikroorganisme menghembuskan CO2 dan mati untuk membentuk biomassa.

 

Plastik adalah rantai hidrokarbon yang sebelumnya sudah melewati proses polimerisasi. Ini membuat plastik menjadi sangat kuat, fleksibel dan tahan air. Namun, karakteristiknya inilah yang membuat panjang rantai karbon plastik mencapai lebih dari 7 juta. Hasilnya, plastik membutuhkan waktu hingga 1000 tahun untuk dapat terurai oleh mikroba.

Oxium dapat mempercepat proses penguraian dengan bantuan oksigen, panas, sinar UV serta tekanan alami lainnya. Proses oksidasi ini membuat mikroba mampu menguraikan plastik dengan lebih cepat. Oleh karena itu, teknologi ini kemudian dikenal dengan nama oxo-biodegradable.

SIKLUS PLASTIK OXO-BIODEGRADABLE

Degradasi pada awalnya tidak dapat berlangsung karena adanya stabilisator polimer dalam plastik. Stabilisator ini berguna untuk memastikan bahwa plastik memiliki masa pakai yang panjang. Setelah stabilisator habis, biodegradasi OXO akan dimulai. Proses oksidasi ini membuat rantai karbon yang tadinya sepanjang 7 juta diperpendek menjadi tinggal dibawah 200 ribu saja. Dengan rantai yang pendek ini menjadikan mikroba dapat memakan komponen plastik.

MANFAAT OXO-BIODEGRADABLE

Berikut adalah beberapa keuntungan menggunakan plastik oxo-biodegradable:

●     Punya kekuatan yang sama dengan plastik konvensional selama masa pakai produknya belum habis.

●     Plastik oxo-biodegradable memiliki rentang waktu kegunaan yang lama. Lebih daripada itu, plastik jenis ini dapat bertahan bertahun-tahun jika disimpan di dalam ruangan.

●     Plastik oxo-biodegradable dapat digunakan kembali dan didaur ulang.

●     Selanjutnya, plastik oxo-biodegradable akan terdegradasi di TPA, dan prosesnya menghasilkan metana.

●     Teknologi Oxo-biodegradable adalah solusi untuk mengolah residu minyak bumi menjadi produk plastik dengan nilai ekonomi yang baik tetapi tidak mencemari lingkungan.

KESIMPULAN

Sampah plastik merupakan masalah lingkungan global. Sebuah laporan dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang berbasis di Perancis menyebutkan, pada tahun 2019, pemakaian plastik di seluruh dunia berjumlah 460 juta metrik ton. Jumlah ini menggelembung hampir dua kali lipat sejak tahun 2000. Sementara itu, plastik yang menjadi sampah jumlahnya tidak main-main, yakni 353 juta metrik ton. Angka ini juga bertambah lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2000.

Bila ditilik lebih jauh, OECD menghitung bahwa hanya 9% dari sampah tersebut benar-benar didaur ulang, sedangkan 19%-nya dihancurkan dengan mesin insinerator dan hampir 50% dibuang di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Ironisnya, 22% sisanya bocor ke berbagai tempat pembuangan sampah yang tidak terkontrol, dibakar secara tradisional atau bocor di lingkungan, baik darat maupun laut.

Jadi, untuk mencegah bencana lingkungan ini semakin meluas, para ahli memperkenalkan plastik berteknologi oxo-biodegradable. Oxo-biodegradable mempercepat proses penguraian plastik. Lebih daripada itu, Oxium oxo-biodegradable bukan mikroplastik atau tidak menghasilkan mikroplastik. Ini artinya Oxium ramah lingkungan dan aman bagi makhluk hidup di sekitarnya termasuk manusia.