Pandemi Tidak Hanya Menyerang Manusia, Tapi Juga Lingkungan

Rabu, 03 Maret 2021

30 Januari 2020, ketika wabah Covid-19 dinyatakan sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional oleh WHO, tidak ada yang menyangka bahwa pandemi ini akan berlangsung lebih dari setahun dan diprediksi akan terus ada hingga tahun 2022.

Kehidupan mulai berubah; social distancing diatur, sekolah dan bekerja harus beralih ke pertemuan berbasis online, dan yang paling signifikan, masker harus selalu digunakan. Perubahan ini tidak hanya dirasakan oleh manusia di seluruh dunia, tetapi juga oleh satwa liar. Kalimat ini mungkin akan menimbulkan pertanyaan di benak Anda, apa hubungannya dengan satwa liar?

Bahkan sebelum pasien pertama Covid-19 ditemukan di Wuhan, China, pada 1 Desember 2019, sampah plastik sudah menjadi masalah yang krusial.  Banyak satwa yang menderita akibat sampah plastik yang dibuang sembarangan sehingga berakhir di alam bebas dan dikonsumsi oleh satwa-satwa yang hidup di dalamnya.

Oleh karena itu, meningkatnya jumlah konsumsi masker juga berarti semakin banyak sampah masker yang berakhir di lingkungan, sehingga mempercepat bahaya yang dihadapi oleh hewan-hewan liar. Masker sering kali mengandung plastik seperti polipropilena, sehingga sulit terurai di tanah setelah digunakan dan biasanya berakhir di satwa liar, mengganggu dan mengancam satwa secara progresif.

Ketika pandemi tampaknya tidak hanya berdampak pada manusia tetapi juga satwa liar, apakah ada solusi yang layak untuk masalah ini?

Sung Yeon Hwang, seorang profesor dari Pusat Penelitian Kimia Berbasis Bio di Korea Research Institute of Chemical Technology (KRICT), menyatakan bahwa masker biodegradable menjawab masalah ini. Mereka mengusulkan bahan alternatif dengan sifat yang lebih baik untuk membuat filter yang dapat terurai secara hayati untuk mengurangi limbah plastik. Eksperimen tim menunjukkan bahwa filter yang dapat terurai secara hayati sama efisiennya dengan filter N95, menghilangkan 98,3% partikel 2,5 µm (PM2.5) dalam sebuah pengujian, dan terurai dalam waktu empat minggu dalam penguraian tanah. Para peneliti membuat filter biodegradable mereka melalui proses yang disebut electrospinning, yang merupakan teknik yang sudah mapan yang digunakan dalam industri, yang mereka harapkan akan memfasilitasi ketersediaan komersialnya.

Beradaptasi dengan masker berbasis biodegradable membutuhkan pemahaman dan kolaborasi dari setiap lapisan masyarakat. Kami mencari mitra untuk beradaptasi dengan teknologi biodegradable, yang bisa datang dari siapa saja, termasuk Anda. Kirimkan email kepada kami untuk berkolaborasi atau ajukan pertanyaan lebih lanjut; baca artikel lain di situs web kami untuk menggali lebih jauh tentang teknologi kami.

Sources:

The Jakarta Post, Shopee books 130 percent transaction growth in Q2 as consumers go online (Read)

WHO - Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 94 (Read)

WHO - A Joint Statement on Tourism and COVID-19 - UNWTO and WHO Call for Responsibility and Coordination (Read)

Advanced Science News - Biodegradable masks could help curb the rise in plastic waste (Read)