Beberapa tahun terakhir publik mulai diramaikan dengan berbagai berita dan kampanye mengenai gaya hidup zero-waste, isu mikroplastik pada air kemasan hingga kampanye anti plastik. Belum lagi dengan berbagai video yang beredar mengenai berbagai satwa yang menjadi korban dari ‘kecelakaan’ sampah plastik yang terbuang di laut. Baru-baru ini bahkan berbagai kota mulai menerbitkan peraturan yang melarang penggunaan kantong belanja plastik, seperti Bogor, Banjarmasin, Bandung, dan banyak lagi.
Hal tersebut turut memicu pertumbuhan gerakan-gerakan yang menawarkan solusi pengganti plastik yang layak diapresiasi, seperti gerakan membawa tas belanja sendiri, membawa botol minum sendiri, juga membawa kotak makan sendiri. Namun begitu efektivitas gerakan-gerakan tersebut tentu perlu dikaji lebih dalam mengingat pemakaian plastik yang sudah sangat masif dalam kehidupan manusia.
Plastik digunakan tak hanya sebagai kantong belanja, tapi juga sebagai kemasan, alat makan, kantong sampah, dan berbagai aplikasi plastik sekali pakai. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan bisakah kita hidup tanpa plastik?
Proses produksi plastik yang sejatinya merupakan bahan sisa olahan minyak bumi menjadikan plastik sebagai bahan yang paling hemat energi dan ramah lingkungan juga paling ekonomis. Fungsionalitas, fleksibilitas dan durabilitas yang sangat tinggi, memungkinkan plastik untuk menjaga makanan agar tetap awet selama proses penyimpanan dan distribusi. Karakteristik plastik yang sangat kuat juga cocok digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga, digunakan dalam industri penerbangan, elektronik, dlsb.
ecorasa - Solusi Holistik Dilema Kemasan F&B
Pemakaian plastik yang sangat masif tersebut ditambah dengan munculnya berbagai regulasi yang melarang penggunaan plastik menimbulkan kegalauan dalam masyarakat untuk mencari alternatif pengganti plastik. Terutama plastik sekali pakai yang berakhir di TPA dan bernilai ekonomis rendah sehingga menyulitkan pemulung untuk menjualnya ke pengepul daur ulang.
“Saya melihat masalah sampah plastik sudah semakin parah dan perlu gerakan nyata dari berbagai pihak, pelaku bisnis, pemerintah, komunitas, bahkan masyarakat umum untuk bersama-sama berperan aktif. Kalau kita lihat sampah-sampah plastik tersebut cukup didominasi oleh kemasan makanan sekali pakai. Untuk itu saya pikir, sudah waktunya perlu ada kemasan makanan dan minuman yang ramah lingkungan yang mudah terurai, tidak menjadi mikroplastik tapi luruh kembali ke bumi sehingga membentuk lingkaran produksi yang holistik. ecorasa hadir di masyarakat menawarkan solusi tersebut”, ujar Shivan, Direktur utama ecorasa, kemasan F&B yang ramah lingkungan dan mudah terurai.
Beliau menekankan bahwa plastik sudah sejak lama menjadi sahabat manusia modern tapi tidak bagi alam. Mulai dari proses urai yang membutuhkan waktu sepanjang 500 - 1000 tahun dan terfragmentasi menjadi mikroplastik yang membahayakan lingkungan.
ecorasa dengan Teknologi Oxium, Oxo-biodegradable Additive
ecorasa merupakan kemasan ramah lingkungan pertama di Indonesia yang mampu membuktikan bahwa produk-produknya dapat terurai kembali ke tanah menggunakan teknologi aditif pengurai plastik, Oxium. Oxium berfungsi sebagai pro-oksidan yang mampu memecah rantai karbon plastik yang panjang menjadi pendek dan mudah dimakan mikroba dan kembali ke tanah menjadi biomassa, H2O dan CO2. Hal ini memungkinkan kemasan makanan dan minuman ecorasa untuk terurai kembali ke tanah hanya dalam kurun waktu 5 tahun saja.
Pembuktian tersebut dilakukan melalui pengujian yang kredibel baik di Indonesia maupun di dunia internasional, diantaranya uji berstandar Amerika yaitu ASTM 6954, sertifikasi SNI Ekolabel Tipe 2, aman untuk makanan dan sudah dipatenkan di Amerika dan Singapura, meskipun teknologi tersebut merupakan 100% teknologi asli Indonesia yang ditemukan, dikembangkan dan diteliti di Indonesia.
Jadi sudah sepatutnya kita berbangga hati dengan inovasi dan kreasi anak bangsa yang sudah mendunia ini. ecorasa juga sudah menggandeng berbagai brand owner ternama yang memang sangat peduli terhadap lingkungan dan aktif mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan seperti Kulina, XXI, Grand Hyatt, dll. Kalau mereka saja sudah pakai ecorasa, kamu kapan?