Plastik dengan teknologi oxo-biodegradable saat ini sedang mendapat banyak sorotan. Meskipun bisa dikatakan bahwa teknologi tersebut bukanlah teknologi yang relatif baru, namun masih banyak kesalahpahaman yang muncul karena kurangnya informasi/sosialisasi mengenai definisi teknologi oxo-biodegradable.
Oxo-biodegradable merupakan proses degradasi yang diinisiasi oleh termal, cahaya matahari dan proses oksidasi. Oxium, merupakan aditif yang dicampur ke dalam plastik agar dapat mempercepat proses degradasi plastik dalam kurun waktu 2 hingga 5 tahun. Proses penguraian yang terjadi tidak hanya terurai melalui proses oxo, tetapi juga terdegradasi melalui proses bio. Oxium menjadi pionir teknologi oxo-biodegradable buatan Indonesia dan telah dipatenkan di Amerika Serikat, Singapura, dan Indonesia, yang sejak awal terbukti efektif (melalui pengujian terukur berstandar internasional seperti ASTM D5208, D3826, D6954).
Fragmentasi vs Degradasi
Banyak kebingungan yang terjadi pada masyarakat mengenai proses degradasi plastik berteknologi oxo-biodegradable. Berbagai pihak beranggapan bahwa plastik berteknologi oxo-biodegradable membuat plastik hanya terurai secara fisik menjadi mikroplastik, sehingga diragukan keabsahannya sebagai plastik ramah lingkungan. Mikroplastik yang muncul dari fragmentasi plastik sering dikatakan sebagai penyebab rusaknya ekosistem biota laut yang jika termakan manusia menimbulkan isu kesehatan.
Pada plastik berteknologi Oxium, proses degradasi terjadi dalam dua tahapan, yaitu secara oksidasi kemudian secara biodegradasi. Di tahap oksidasi dengan bantuan panas, sinar matahari, tekanan-tekanan lainnya yang terjadi di alam, rantai molekul hidrokarbon plastik dan kimia yang sangat panjang mengalami pemutusan sehingga berat jenis plastik tersebut juga turun drastis. Degradasi ini sangat berbeda dengan fragmentasi, dimana pada fragmentasi hanya terjadi pemecahan secara fisik.
Setelah tahap oksidasi tersebut terjadi, plastik bukan lagi plastik tetapi menjadi partikel alami yang dapat dimakan mikroba. Mikroba akan memakan dan mengolah plastik yang telah teroksidasi ke tahap biodegradasi sehingga menjadi CO2, H2O dan biomassa. Sisa biomassa sudah diuji untuk dimakan cacing, menanam tanaman tomat, juga di dalam air dan terbukti tidak beracun sama sekali.
Hasil uji di atas juga diperkuat oleh banyaknya sertifikasi dan penghargaan yang diterima Oxium, diantaranya Sertifikat SNI Ekolabel Tipe 1 untuk kantong belanja ramah lingkungan yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sertifikat Halal, Sertifikat Green Label Singapore, juga Penghargaan dan Sertifikasi Green Label Indonesia yang dikeluarkan oleh InSWA (Indonesian Solid Waste Association), Penghargaan 103 Inovasi Paling Perspektif – 2011 oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi.